Monday, June 11, 2018

Sejarah Sabung Ayam di Indonesia

Sabung ayam yaitu permainan adu dua ekor ayam dalam sebuah kalangan atau ajang. Umumnya ayam yang diadu sampai salah satu melarikan diri atau keok, pun sampai mati. Permainan ini biasanya dicontoh oleh perjudian yang berlangsung tak jauh dari ajang adu ayam, hal ini dikarenakan dalam permainan yang satu ini, sepertinya kurang menarik apabila tak berhubungan dengan taruhan.

Penggemar dari variasi taruhan yang satu ini juga betul-betul luar lazim banyak. Berdasarkan laman yang berhasil kami ambil datanya, di Indonesia pun hampir 10juta orang berminat turut andil dalam permainan taruhan judi ayam online dengan cara daftar s128 gratis dari agen judi resmi. Dikarenakan mudahnya bermain taruhan ini dan dapat disaksikan secara live.

Sejarah Sabung Ayam di Indonesia

Hasil gambar untuk artikel tentang sabung ayam

Permainan menyabung ayam disebut juga sebagai berlomba ayam. Permainan ini sudah dimainkan sejak kerajaan Demak. Di salah satu cerita rakyat, seorang pangeran bermain sabung ayam dan bertemu ayahnya yang sudah buang ibunya.

Adu Ayam pintar atau sabung ayam ini sudah dikerjakan oleh semua lapisan masyarakat sejak jaman dulu kala. Permainan ini yaitu pertengkaran dua ayam pintar yang memang sudah dirawat betul untuk dapat mengikuti ajang laga. Di indonesia sendiri, sabung ayam pun sudah betul-betul melegenda sekali.

Kami juga ingin membagikan sedikit cerita rakyat tentang sabung ayam ini. Dimana pada kala itu ada seorang bernama Cindelaras yang memiliki seekor ayam pintar sakti yang tak terkalahkan oleh ayam mana pun. Atas dasar itulah dirinya pun pada akhirnya diundang oleh raja Jenggala pada ketika ini untuk mengikuti sayembara.

Dimana pada isi sayembara yaitu Seandainya ayam sakti Cindelaras sanggup menumbangkan ayam milik Raden Putra, maka dirinya akan mempunyai hak menerima setengah dari semua harta kekayaan sang Raja.

Akan namun apabila keok, maka Cindelaras sepatutnya ingin kepalanya di undang-undang pancung oleh sang putra raja. Pada akhirnya Cindelaras lah yang keluar sebagai jawara dan rakyat pada ketika itu betul-betul mengelu-elukan Cindelaras dan Raden Putra pada akhirnya mengakui kekalahannya pada ketika itu.

Sabung ayam juga menjadi sebuah peristiwa politik pada masa lampau. Kisah kematian Prabu Anusapati dari Singosari yang terbunuh ketika menyaksikan sabung ayam. Kematian Prabu Anusapati terjadi pada hari Budha Manis atau Rabu Legi ketika di kerajaan Singosari sedang berlangsung keramaian di Istana Kerajaan salah satunya yaitu pertunjukan sabung ayam. Tata yang berlaku yaitu siapa saja yang akan masuk kedalam ajang sabung ayam dilarang membawa senjata atau keris.

Sebelum Anusapati berangkat ke ajang, Ken Dedes ibu Anusapati membimbing si kecilnya agar jangan melepas keris pusaka yang diterapkannya apabila ingin menyaksikan sabung ayam yang diselenggarakan di Istana. Tapi dirinya tak dapat menolak ketika diberitahukan tentang undang-undang yang tak membiarkan tiap-tiap-tiap-tiap orang yang datang membawa senjata tajam atau keris. Hal ini yang kemudian membuatnya ingin tak ingin sepatutnya melepaskan keris yang diterapkannya atas desakan Pranajaya dan Tohjaya. Dan benar saja, dimana pada ketika itu terjadi sebuah keonaran didalam ajang hal yang demikian yang mana hal ini pun menjadi sebuah peristiwa yang dikawahtirkan oleh sang ibu Ken Dedes. Kecilnya sepatutnya rela terbunuh oleh keris nya sendiri oleh adik dari Tohjaya.

Kemudian jenasah Anusapati dimakamkan di Candi Penataran dan kejadian itu tetap dikenang orang, Anusapati yaitu kakak dari Tohjaya dengan ibu Ken Dedes dan bapak Tunggul Ametung meski Tohjaya yaitu si kecil dari Ken Arok dengan Ken Umang itu memang diriwayatkan memiliki kesukaan menyabung ayam. Memang dalam cerita rakyat lebih-lebih Ciung Wanara mengisahkan bahwa kemujuran dan perubahan nasib seseorang ditentukan oleh keok menangnya ayam di ajang sabung ayam, semacam itu juga Anusapati bukan keok dalam adu ayam namun dalam permainan ini ia terbunuh.